Minggu, 24 Februari 2013

LUTFINAYAH (IX-H/14)


PERAN BIMBINGAN KONSELING DALAM MENGHADAPI PERKELAHIAN DAN TAWURAN ANTAR PELAJAR
Pengertian remaja (menurut Mappiare: 1982 dalam Ali Mohammad dan Mohammad Asrori) dalam bahasa aslinya disebut adolescence mencangkup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik yang mengatakan bahwa secara psikologis remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi kedalam masyarakat dewasa suatu usia, dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.

Pengertian Perkelahian antar Pelajar

Menurut Sofyan S, Willis (2005) perkelahian adalah merupakan suatu perbuatan yang mengganggu keamanan dan ketertiban umum, dimana perkelahian menunujukkan tindakan dari kedua belah pihak secara bersamaan. Sebagaimana kita ketahui bahwa perkelahian antar pelajar melibatkan beberapa orang pelajar yang turut serta baik dalam perkelahian maupun dalam penyerangan. Jadi, perkelahian antar pelajar adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh beberapa orang pelajar yang dilakukan secara beramai-ramai (massal), baik perbuatan tersebut dilakukan secara memukul, menendang, menusuk dengan pisau tumpul dan benda tajam yang mana semua itu dapat mengakibatkan rasa derita pada orang lain yang menjadi korban.

Penyebab Terjadinya Perkelahian antar Pelajar

Menurut Kartono (1986) ada beberapa landasan teori tentang penyebab perkelahian antar pelajar, yaitu:
a.      Teori Biologis
Menekankan faktor nature sebagai penentu perkembangan manusia: kematangan, dasar-dasar biologis perilaku dan proses mental.
b.      Teori Psikologis
Teori ini menekankan sabab-sebab tingkah laku anak-anak dari aspek psikologis dan isi kejiwaannya antara lain faktor intelegensi, ciri kepribadian, motivasi, sikap-sikap yang salah, fantasi, resonalisasi yang keliru, konflik batin,emosi yang kontroversi, kecenderungan psikologis, dll.
c.       Teori Sosiogenesis
Tingkah laku pada anak-anak remaja ini adalah murni sosiologis atau sosial-psikologis misalnya disebabkan oleh pengaruh stuktur sosial yang deviatif, tekanan kolompok, peran sosial, status sosial atau iinternalisasi simbolis yang keliru maka faktor-faktor kultural dalam sosial itu sangat mempengaruhi, status individu ditengah kelompoknya, partisipasi sosial dan pendefinisian diri atau konsep diri.
d.      Teori Subkultur
Mengkait sistem nilai, kepercayaan/keyakinan, ambisi-ambisi tertentu (misalnya ambisi materiil, hidup bersantai, pola kriminal, relasi heteroseksual bebas, dll) yang memotivasi timbulnys kolompok-kelompok remaja berandal dan kriminal. Sedang perangsangnya bisa berupa mendapatkan status sosial “terhormat” ditengah kelompoknya, prestise sosial, relasi sosial, dan hadiah-hadiah materiil lainnya.

Menurut DR. Sofyan S. Wilis, M.Pd dalam bukunya Remaja Dan Masalahnya (2005)ada beberapa faktor penyebab perkelahian antar pelajar, yaitu:

1.      Faktor yang ada di dalam diri pelajar sendiri

a.      Lemahnya Pertahanan Diri
Adalah faktor yang ada dalam diri untuk mengontrol dan mempertahankan diri terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungan. Jika ada pengaruh negatif berupa tontonan negatif, bujukan negatif seperti pecandu dan pengedar narkoba, ajakan-ajakan untuk melakukan perbuatan-perbuatan negatif, sering tidak bisa menghindar dan mudah terpengaruh. Akibatnya pelajar itu terlibat ke dalam kegiatan-kegiatan negatif yang membahayakan dirinya dan masyarakat.


b.      Kurangnya Kemampuan Dalam Menyesuaikan Diri
Keadaan ini amat terasa di dunia pelajar. Banyak ditemukan pelajar yang kurang pergaulan. Inti persoalannya adalah ketidak mampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial,dengan mempunyai daya pilih teman bergaul yang membantu pembentukan perilaku positif. Anak-anak yang terbiasa dengan pendidikan kaku dan dengan disiplin ketat di keluarga menyebabkan masa remajanya juga kaku dalam bergaul, dan tidak pandai memilih teman yang bisa membuat dia berkelakuan baik. Yang terjadi adalah sebaliknya yaitu, para pelajar salah bergaul. Hal ini bisa terjadi karena teman-temannya menghargainya. Karena mendapat penghargaan di kelompok geng nakal, pelajar itupun akan ikut nakal.

c.       Kurangnya Dasar-dasar Keimanan di Dalam Diri Pelajar
Masalah agama merupakan suatu yang sangat krusial bagi seorang pelajar. Karena agama merupakan benteng diri pelajar dalam menghadapi berbagai cobaan yang datang padanya sekarang dan masa yang akan datang. Sekolah dan orang tua harus bekerja sama bagaimana memberikan  pendidikan agama secara baik, mantap, dan sesuai dengan kondiri pelajar saat ini.

2.      Faktor Keluarga
Keluarga merupakan sumber utama atau lingkungan yang utama penyebab kenakalan remaja salah satunya yaitu perkelahian antar pelajar ini. Hal ini disebabkan karena anak itu hidup dan berkembang permulaan sekali dari pergaulan keluarga yaitu hubungan antara orang tua dengan anak, ayah dengan ibu dan hubungan anak dengan anggota keluarga lai yang tinggal bersama-sama. Keadaan keluarga yang besar jumlah anggotanya berbeda dengan keluarga kecil. Bagi keluarga besar pengawasan agak sukar dilaksanakan dengan baik, demikian juga menanamkan disiplin terhadap masing-masing anak. Berlainan dengan keluarga kecil, pengawasan dan disiplin dapat dengan mudah dilaksanakan. Disamping itu perhatian orang tua terhadap masing-masing anak lebih mudah diberikan, baik mengenai akhlak, pendidikan di sekolah, pergaulan dan sebagainya. Kalau kita berbicara keadaan ekonomi, tentu bagi keluarga besar dengan penghasilan yang sedikit akan repot, karena membiayai kehidupan yang pokok-pokok saja agak sulit apalagi untuk biaya sekolah dan berbagai kebutuhan lain. Karena itu sering terjadi pertengkaran diantara istri dan suami karena masalah ekonomi keluarga, yang menyebabkan kehidupan keluarga menjadi tidak harmonis lagi dan pada gilirannya mempengaruhi tingkah laku anak kearah negatif.
3.      Faktor Lingkungan Yang Tidak Kondusif
Pengaruh sosial dan kultur memegang peranan yang besar dalam menentukan perkembangan seorang anak dalam bertingkah laku. Kenakalan pada remaja dimana dalam hal ini mereka sangat terpengaruh oleh keadaan sosial yang buruk sehingga si anak menjadi nakal. Pengaruh lingkungan pergaulan yan buruk ditambah kontrol sosial dan kontrol diri yang semakin lemah maka dapat mempercepat pertumbuhan kelompok-kelompok anak nakal yang suka melakukan kegiatan-kegiatan yang bertentangan  dengan hukum sepert beramai-ramai atau secara massal.
Milieau atau lingkungan sekitar tidak selalu baik, dan menguntungkan bagi pendidikan dan perkembangan anak, lingkungan  yang ada kalanya dihuni oleh orang dewasa serta anak-anak muda kriminil dan anti sosial yang bisa merangsang timbulnya reaksi emosional buruk bagi anak-anak remaja atau pelajar yang masih labil jiwanya. Dengan begitu anak-anak remaja ini mudah terjangkit oleh pola tingkah laku kriminal, asusila dan anti sosial.
Kelompok orang dewasa yang kriminil dan a susila tersebut itu sangat berpengaruh terhadap anak remaja khususnya pelajar yang berada di lingkungan tersebut untuk berbuat dan bertingkah laku seperti meniru apa yang dilakukan oleh orang-orang dewasa yang anti soial dan kriminal, seperti sering membuat keributan dan senang berkelahi.

4.       Faktor Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan tempat pendidikan kedua setelah rumah tangga. Karena itu ia cukup berperan dalam membina anak untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. Khusus mengenai tugar kurikuler, maka sekolah berusaha memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didiknya sebagai bekal untuk kelak jika anak telah dewasa dan terjun ke masyarakat. Akan tetapi tugas kurikuler saja tidaklah cukup untuk membina anak menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. Karena itu sekolah bertanggung jawab pula dalam kepribadian anak didik. Dalam hal ini peranan guru sangat diperlukan sekali. Jika kepribadian guru buruk, dapat dipastikan akan menular kepada anak didik.
Hal ini dikatakan oleh ahli psiko higenis yaitu (Bernard  1961;113 dalam Sofyan S. Wilis) sebagai berikut : ” Teacher personality is contagious, if he is tense, irritable, dominating or careless, the pupil will show the evidence of tension, crossness, and lack of social grace and will produce slovenly work “.
Artinya: perilaku guru yang buruk seperti tegang, marah, mudah tersinggung, menguasai murid, maka para murid akan tertular oleh sifat dan perilaku guru tersebut.
Dalam rangka pembinaan anak didik kearah kedewasaan itu, kadang-kadang seklah juga penyebab dari timbulnya kenalan remaja . Hal ini mungkin bersumber dari guru, fasilitas pendidikan, norma-norma tingkah laku, kekompakan guru dan suasana interaksi antara guru dan murid perlu menjadin perhatian serius. Ada bebapa faktor yang berhubungan dengan lingkungan sekolah yang tidak menyenangkan seorang anak pelajar.
a.      Faktor Guru
Dedikasi guru merupakan pokok terpenting dalam tugas mengajar. Guru yang penuh dedikasi berarti guru yang ikhlas dalam mengerjakan tugasnya. Bila terjadi kesulitasn di dalam tugasnya, ia tidak mudah mengeluh dan mengalah. Melainkan dengan penuh keyakinan diatasinya semua kesulitan tersebut. Berlainan dengan guru yang tanpa dedikasi. Ia bertugas karena terpaksa, sebab tidak ada lagi pekerjaan lain yang mampu dikerjakannya. Akibatnya ia mengajar adalah karena terpaksa dengan motif mencari uang. Guru yang seperti ini mengajarnya asal saja, sering bolos, tidak berminat meningkatkan pengetahuan keguruannya. Akibatnya murid-murid yang menjadi korban, kelas menjadi kacau, murid-murd berbuat seenaknya saja di dalam kelas dan hal seperti inilah yang merupakan sumber kenakalan, sebab guru tidak memberikan perhatian yang penuh kepada tugasnya.
b.      Guru Pembimbing/BK
Peran guru sebagai pembimbing merupakan dambaan dari setiap siswa. Kenakalan remaja bersumber pada hilangnya makna keberadaan diri siswa ditengah galau pembangunan di segala bidang. Rasa keterasingan, frustasi, konflik dan stress berkecamuk pada diri mereka, dan penyalurannya adalah kenakalan. Jika guru pembimbing/BK mampu melaksanakan harapan siswa yakni mengutamakan membimbing daripada mengajar, besar kemungkinan kenakalan dapat dikurangi. Sebagai pembimbing, guru harus memnuhi syarat kepribadian, dan sedikit ilmu tentag pribadi siswa, serta kemampuan berkomunikasi atau keterampilan konseling.
Mengenai kemampuan guru dibidang bimbingan dan konseling ( BK ) masih memprihatinkan. Kebanyakan mereka beranggapan bahwa BK itu adalah urusan guru yang dikhususkan dibidang tersebut, yaitu guru BK. Berhubung guru BK amat terbatas jumlahnya,maka jalan keluar adalah : semua guru harus berperan sebagai pembimbing.
Guru BK juga harus menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pembimbing yang profesional dalam menghadapai berbagai kemelut yang terjadi pada setiap pribadi siswa, tanggap dalam mencari solusi terhadap permasalahan siswa tersebut serta membuat suatu program kerja secara kontinyu dalam pembinaan siswa agar kondisi anak terpantau. Bukan hanya sekedar menjalankan tugas saja namun keberadaannya sama sekali tidak dirasakan oleh para pelajar tersebut.

c.       Fasilitas Pendidikan
Kurangnya fasilitas pendidikan menyababkan penyaluran bakat dan keinginan pelajar terhalang. Bakat dan keinginan yang tidak tersalur pada masa sekolah, mungkin akan mencari penyaluran kepada kegiatan-kegiatan yang negatif. Misalnya bermain di jalanan umum, di pasar, di mall dan sebagainya yang mungkin  akan berakibat buruk terhadap anak. Kekurangan fasilitas pendidikan yang lain seperti alat-alat pelajaran, alat-alat praktik, alat kesenian dan olagraga, juga dapat merupakan sumber gangguan pendidikan yang juga mengakibatkan terjadinya berbagai tingkah laku negatif pada anak didik.

Dampak Perkelahian antar Pelajar

Dampak positif
1.   Menimbulkan keberanian, karena tidak takut akan sesama pelajar.
2.   Penghargaan ”rasa terhormat” terhadap seorang pelajar pada suatu kelompok  pelajar yang berkelahi.
Dampak Negatif
1.      Bagi pelajar
1.   Akan dijauhi teman.
2.   Menimbulkan luka fisik.
3.   Tindak pidana jika mengakibatkan luka fisik maupun kematian pada seseorang.


2.      Bagi keluarga
1.   Rasa malu terhadap tetangga sekitar karena ulah salah satu anggota keluarga.
2.   Keluarga mendapat teguran dari dari pihak sekolah, masyarakat maupun kepolisian.
3.      Bagi Sekolah
1.   Kerugian materiil yang mungkin timbul seperti rusaknya gedung sekolah maupun peralatan lain akibat dari pelemparan benda dari pihak lain.
2.   Kerugian yang menyangkut nama baik sekolah dalam masyarakat maupun aparat keamanan, yakni timbulnya kesan sekolah urakan dan menjadi pengawasan dari pihak yang berwajib.
4.      Bagi Masyarakat
Akibat yang langsung dialami oleh masyarakat dari perkelahian antar pelajar itu adalah terganggunya ketertiban dan keamanan di lingkungan sekitarnya. Kemudian apabila frekuensi kenakalan remaja dan perkelahian antar pelajar demikian tinggi maka tidak mustahil kindisi dan situasi lingkungan masyarakat yang rawan yang memungkinkan timbulnya bibit baru remaja yang nakal.
Peran Bimbingan dan Konseling terhadap perkelahian atau tawuran

Peranan sekolah juga sangat penting dalam penyelesaian masalah ini. Untuk meminimalkan tawuran antar pelajar, sekolah harus menerapkan aturan tata tertib yang lebih ketat, agar siswa/i tidak seenaknya keluyuran pada jam – jam pelajaran di luar sekolah. Yang kedua peran BK ( Bimbingan Konseling harus diaktifkan dalam rangka pembinaan mental siswa, Membatu menemukan solusi bagi siswa yang mempunyai masalah sehingga persoalan-persoalan siswa yang tadinya dapat jadi pemicu sebuah tawuran.
Bimbingan Konseling harus diaktifkan dalam rangka pembinaan mental siswa, Membatu menemukan solusi bagi siswa yang mempunyai masalah sehingga persoalan-persoalan siswa yang tadinya dapat jadi pemicu sebuah tawuran dapat dicegah. Yang ketiga mengkondisikan suasana sekolah yang ramah dan penuh kasih sayang . Peran guru disekolah semestinya tidak hanya mengajar tetapi menggatikan peran orang tua mereka. Yakni mendidik.Yang keempat penyediaan fasilitas untuk menyalurkan energi siswa. Contohnya remaja semakin menjadi semenjak terciptanya geng-geng. Perilaku anarkis selalu dipertontonkan di tengah-tengah masyarakat. Mereka itu sudah tidak merasa bahwa perbuatan itu sangat tidak terpuji dan bisa mengganggu ketenangan masyarakat.Sebaliknya mereka merasa bangga jika masyarakat itu takut dengan geng/kelompoknya. Seorang pelajar seharusnya tidak melakukan tindakan yang tidak terpuji seperti itu. Biasanya permusuhan antar sekolah dimulai dari masalah yang sangat sepele. Namun remaja yang melakukan perkelahian  peran BK ( Bimbingan Konseling harus diaktifkan dalam rangka pembinaan mental siswa, Membatu menemukan solusi bagi siswa yang mempunyai masalah sehingga persoalan-persoalan siswa yang tadinya dapat jadi pemicu sebuah tawuran dapat dicegah. Yang ketiga mengkondisikan suasana sekolah yang ramah dan penuh kasih sayang . Peran guru disekolah semestinya tidak hanya mengajar tetapi menggatikan peran orang tua merea, yakni mendidik, yang keempat penyediaan fasilitas untuk menyalurkan energi siswa.


Bagaiamana Cara Mengatasinya
 1.      Di Lingkungan Keluarga

·         Orang tua menciptakan kehidupan rumah tangga yang beragama.
Artinya membuat suasana rumah tangga atau keluarga menjadi kehidupan yang bertaqwa dan taat kepada Tuhan Yang Maha Esa.
·         Menciptakan kehidupan keluarga yang harmonis.
Dimana hubungan antara Ayah, Ibu dan anak tidak terdapat percekcokan atau pertentangan. Hal ini dapat dilakukan  dengan memberikan waktu terluang  untuk berkumpul bersama anak-anak misalnya diwaktu makan bersama. Di waktu makan bersama itu sering keluar ucapan-ucapan dan keluhan-keluhan anak secara spontan. Spontanitas itu amat penting bagi orang tua sebagai bahan pertimbangan untuk memahami diri anak-anaknya.
·         Adanya kesamaan norma-norma yang dipegang antara ayah, ibu dan keluarga lainnya di rumah tangga dalam mendidik anak-anak.
·         Memberikan kasih sayang secara wajar kepada anak-anak.
·         Memberikan perhatian yang memadai terhadap kebutuhan anak-anak.
·         Memberikan pengawasan secara wajar terhadap pergaulan anak remaja di lingkungan masyarakat
2.      Di Lingkungan Sekolah

1.   Memberikan pengawasan secara wajar terhadap pergaulan anak remaja di lingkungan masyarakat.
2.   mengintensifikasikan pelajaran agama bagi pelajar.
3.   Mengintensifikasikan bagian Bimbingan Konseling (BK) di sekolah dengan cara mengadakan Tenaga ahli atau menatar guru-guru untuk mengelola bagian ini.
4.   Adanya kesamaan norma-norma yang dipegang oleh guru-guru, hal ini akan menimbulkan kekompakan  dalam membimbing murid-murid. Adanya kekompakan itu akan menimbulkan kewibawaan guru di mata murid-murid, dan sekaligus memperkecil timbulnya kenakalan.
5.   Melengkapi fasilitas sekolah, yaitu seperti gedung, laboratorium, mesjid, alat-alat pelajaran, alat-alat olah raga dan kesenian, alat-alat ketrampilan, dan sebagainya. Dengan lengkapnya fasilitas tersebut akan dapat digunakan untuk mengisi waktu terluang misalnya selama libur sekolah. Di samping itu dapat pula menembangkan bakat murid-murid dalam rangka menuju hidup berwiraswasta danberdikari nantinya setelah mereka terjun ke masyarakat.

3.      Di Lingkungan Masyarakat

Kegiatan-kegiatan atau organisasi masyarakat yang positif yang membantu kearah tercapainya tujuan pendidikan, contohnya Palang Merah Remaja (PMR), organisasi Karang Taruna, organosasi olahraga, dll.

Marlin Aghata (9-H 15)


PROFIL ORANG TUA YANG DI INGINKAN REMAJA
Hubungan dengan orang tua pada remaja, seperti yang banyak diperoleh dari penelitian ini, menggambarkan pola sosialisasi nilai-nilai dari orang tua kepada anaknya. Beberapa yang panting bagi remaja adalah peran orang tua, sikap dan perilaku orang tua terhariap anak, tugas pengasuhan, komunikasi, dan waktu bersama (mulai dari yang terbanyak).
Peran Orang Tua
Beberapa peran ayah dan ibu yang disebutkan, antara lain: Ayah adalah tulang punggung pencari nafkah dan kepala keluarga, harus bertanggung jawab, dapat menjadi figur panutan bagi sebagai pribadi, terhariap istri, anak, keluarga, dan sosial masyarakat. Dari penelitian ini,
ditemukan bahwa kebanyakan remaja di desa yang dekat dengan kota menggambarkan ayah lebih positif (baik/terbaik, bertanggung jawab, kepala rumah tangga, pengertian dan memperhatikan). Konsep yang kurang baik lebih banyak muncul di desa yang jauh dari perkotaan, seperti bepergian, kurang perhatian, ingin menang sendiri, kampungan, kolot, kurang bertanggung jawab dan kurang fisiknya.
Peran ibu yang utama adalah ibu rumah tangga. Ibu lebih banyak dilihat sebagai orang yang menyayangi dan pengerban. Para ibu lebih menunjukkan kesediaannya dalam berkomunikasi, akur, akrab, bersahabat, dan punya beberapa kesamaan dengan anaknya. Namun ibu juga yang paling tidak disukai kecerewetannya. Remaja juga sudah dapat melihat bahwa ibunya kurang bahkan tidak berpendidikan. Orang tua juga dipandang sebagai sumber yang dapat memuaskan materi yang khas untuk remaja.
Sikap dan Perilaku Orang Tua terhadap Anak
Sikap positif yang diharapkan anak dari orang tuanya adalah kasih sayang, pengertian. Ibu adalah orang yang banyak bekerja keras, justru ayah diharapkan sudi membantu beberapa pekerjaan rumah. Beberapa dari mereka juga berharap ayahnya dapat bekeda. Sikap dan perilaku yang tidak diinginkan anak adalah marah, ngomel, mukul, terlalu mengatur, otoriter dan egois, pilih kasih, tidak adil, rewel, masa bodoh, pelit dan menceritakan keburukan kepada orang lain.
Tugas Pengasuhan
Remaja melihat bahwa bimbingan orang tua masih sangat dibutuhkan, dalam bentuk nasihat, konsultasi, dan mendiskusikan masalah-masalah anaknya. Remaja juga berharap orang tuanya punya pemikiran yang mementingkan pendidikan anaknya.
Komunikasi
Masalah-masalah yang ingin dikomunikasikan dengan orang tuanya, atau yang menjadi topik pertengkaran di rumah antara lain adalah masalah sekolah, di mana remaja takut orang tuanya tidak mengizinkan sekolah lagi, masalah ekonomi, dan masalah tugas sehari-hari di rumah.
Waktu Bersama
Kebanyakan remaja berharap orang tuanya sering di rumah dan berkomunikasi, kecuali bila orang tuanya punya sikap yang buruk. Mereka umumnya cemas bila salah satu atau kedua orang tuanya belum pulang bekeda hingga larut malam. Mereka mengeluh bila orang tuanya sering bepergian dan jarang/tidak pernah di rumah.
Menurut Pikunas (1976), Sosialisasi adalah proses belajar untuk mengenali nilai-nilai dan ekspektansi kelompok, dan meningkatkan kemampuan untuk mengikutinya (confofm). Tingkatan anak atau remaja sampai pada standar teman sebaya (peer group) tergantung pada kegiatan sosial mereka. Orang tua dan teman sebaya mempengaruhi perubahan dari anak egosentris menjadi orang dewasa yang cakap sosial.
Dalam situasi sosial seorang anak harus berperan tertentu pada posisi tertentu. Keterampilan komunikasi dan berinteraksi adalah bagian penting dalam proses sosialisasi. Mau tidak mau, disadari atau tidak, orang tua berperan dan bertindak sebagai wakil masyarakat dan budaya.
Ini berarti mereka meneruskan etos-etos dan sifat-sifat budaya, dan sekaligus membangun tabu dan mengekang kecenderungan yang tidak sesuai dengan budaya.
Melalui kondisioning verbal dan teknik-teknik pengelolaan lainnya, mayoritas orang tua memperkuat kendaii terhariap impuls-impuls, tanggung jawab, self-direcvon, dan atribut positif lainnya yang akan membantu anak berhubungan secara efektif dengan orang lain. Orang tua yang terlalu permisif biasanya merusak kemampuan penyesuaian diri anak bila mereka terlalu sering mengizinkan anak melakukan kegiatan dengan caranya sendiri. Di kemudian hari, bila anak menghadapi frustrasi kehidupan yang tidak dapat dihindari, ia tidak akan siap untuk menghadapinya. Seperti halnya fungsi lain, perubahan dari egosentris ke arah kemampuan sosialisasi, tidak ada yang kontinu dan tidak ada yang tanpa rasa sakit. Bila tidak dipersiapkan akan terjadi langkah regresi, yang bisa terjadi pada anak, remaja ataupun orang dewasa.
                                                                 

ISTIQOMAH(IX-H/13)


Landasan Hukum Bimbingan dan Konseling di Sekolah 

Penyelenggaraan bimbingan dan konseling (BK) di sekolah merupakan bagian integral dari sistem pendidikan kita demi mencerdaskan kehidupan bangsa melalui berbagai pelayanan bagi peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka seoptimal mungkin. Kehadiran BK di institusi pendidikan sudah memiliki landasan yuridis formal dimana pemerintah telah menyediakan payung hukum terhadap keberadaan BK di sekolah. Berikut disampaikan peraturan-peraturan yang mendasari dan terkait langsung dengan layanan BK di sekolah.

UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 Ayat 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta kerampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Kemudian mengenai pendidik diterangkan di Ayat 6 yaitu dimana pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.

Selanjutnya tentang fungsi dan tujuan pendidikan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 Pasal 3 dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Selanjutnya tentang hak peserta didik disebutkan dalam Bab 5 pasal 12 Ayat 1b dimana setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.

Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan bahwa pelayanan konseling meliputi pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.

Permendiknas No. 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor di Pasal 1 Ayat 1 menyatakan bahwa untuk dapat diangkat sebagai konselor, seseorang wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor yang berlaku secara nasional. Kemudian penyelenggara pendidikan yang satuan pendidikannya mempekerjakan konselor wajib menerapkan standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor.

Berikutnya dalam PP No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah dalam Bab 10 tentang Bimbingan diterangkan di Pasal 27 bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan. Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing.

PP No. 38 Tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan Pasal 1 Ayat 2 diatur bahwa tenaga pendidik adalah tenaga kependidikan yang bertugas membimbing, mengajar, dan/atau melatih peserta didik. Seterusnya di Ayat 3 dinyatakan bahwa  tenaga pembimbing adalah tenaga pendidik yang bertugas membimbing peserta didik. Pada Pasal 3 Ayat 2 dimana tenaga pendidik terdiri atas pembimbing, pengajar, dan pelatih.

Surat Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 84 Tahun 1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, Pasal 3 Ayat 2 menyebutkan bahwa salah satu tugas pokok guru adalah menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut dalam program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya. Selanjutnya di Pasal 5 Ayat 1c disebutkan bahwa salah satu bidang kegiatan guru adalah bidang pendidikan, yang meliputi diantaranya melaksanakan proses belajar mengajar atau praktek atau melaksanakan BK.

Dalam upaya mewujudkan pelaksanaan BK di sekolah, pemerintah melalui SK Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 0433/P/1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru Pembimbing dan Angka Kreditnya, serta SK Mendikbud Nomor 025/0/1995 tentang Petunjuk Teknis Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, menetapkan tugas guru pembimbing (konselor sekolah) sebagai berikut: (1) menyusun program BK, (2) melaksanakan BK, (3) mengevaluasi hasil pelaksanaan BK, (4) menganalisis hasil evaluasi pelaksanaan BK, (5) tindak lanjut pelaksanaan BK. Adapun rincian dari tugas tersebut diatas adalah sebagai berikut:
  1. Penyusunan program BK adalah membuat rencana pelayanan BK dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karir.
  2. Pelaksanan BK adalah melaksanakan fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan, pemeliharaan dan pengembangan dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karir.
  3. Evaluasi pelaksanan BK adalah kegiatan menilai layanan BK dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbangan belajar dan bimbingan karier.
  4. Analisis evaluasi pelaksanaan BK adalah menelaah hasil evaluasi pelaksanaan BK yang mencakup pelayanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok, dan pembelajaran serta kegiatan pendukungnya.
  5. Tindak lanjut pelaksanaan BK adalah kegiatan menindaklanjuti hasil analisis evaluasi tentang layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok dan pembelajaran serta kegiatan pendukungnya.
Secara umum tugas konselor sekolah adalah bertanggung jawab untuk membimbing peserta didik secara individual sehingga memiliki kepribadian yang matang dan mengenal potensi dirinya secara menyeluruh. Dengan demikian diharapkan siswa tersebut mampu membuat keputusan terbaik untuk dirinya, baik dalam memecahkan masalah mereka sendiri maupun dalam menetapkan karir mereka dimasa yang akan datang ketika individu tersebut terjun di masyarakat. Tugas konselor sekolah adalah menyelenggarakan pelayanan bimbingan yang meliputi: bidang bimbingan pribadi, bidang bimbingan sosial, bidang bimbingan belajar dan bidang bimbingan karir yang disesuaikan dengan tahap perkembangan siswa.

IMAH SAFA'ATI(IX-H/11)


RESIKO SEKSUAL DARI PERGAULAN REMAJA

Seksual pada remaja adalah topik yang hampir setiap orangtua mungkin lebih menghindari daripada hadapi. Namun, masalah ini sangat nyata dan sangat serius, dan penting bagi orangtua untuk berani menghadapi masalah dan bukan menutup mata, yang dapat mengakibatkan konsekuensi yang mengerikan.
Jika Anda menduga bahwa anak remaja Anda bisa secara seksual promiscuous, Anda harus membuat setiap usaha untuk memahami masalah tersebut sebelum memutuskan tindakan yang terbaik. Penting untuk dicatat bahwa, meskipun penerimaan masyarakat terhadap hubungan seksual pada laki-laki sekaligus pengucilan perempuan seksual promiscuous, remaja gender baik (dan orang dewasa, dalam hal ini) berada pada risiko yang sama terkena banyak masalah fisik dan emosional yang terkait dengan seksual.
Konsekuensi dari hubungan seksual bisa serius.
Seksual remaja promiscuous menempatkan diri pada risiko untuk sejumlah hasil yang berpotensi merusak. Penyakit menular seksual dan infeksi, misalnya, yang merajalela di kalangan remaja yang terlibat dalam aktivitas seksual berisiko. Para mitra lebih remaja seksual promiscuous dibutuhkan, semakin besar kemungkinan mereka untuk terjangkit salah satu penyakit atau infeksi.

Penyakit-penyakit menular seksual tidak lain untuk mengambil ringan. Menurut CDC, Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah penyebab utama kematian di antara keenam orang muda berusia 15-24 tahun di Amerika Serikat. Penyakit menular seksual lainnya mungkin tampak kurang berbahaya, tetapi bahkan infeksi tertentu telah dikenal untuk berkontribusi terhadap infertilitas. Human Papillomavirus (HPV) bahkan telah dikaitkan dengan kanker leher rahim pada anak perempuan remaja. Sekitar 3 juta kasus penyakit menular seksual dan infeksi dilaporkan di kalangan remaja setiap tahun, sehingga kemungkinan anak Anda tertular salah satu penyakit relatif tinggi jika hubungan seksual mereka mendorong mereka untuk terlibat dalam perilaku seksual berisiko.
Efek samping lain yang jelas dari hubungan seksual adalah kemungkinan kehamilan. Tanggung jawab memiliki dan merawat anak adalah sesuatu yang tidak ada remaja – baik laki-laki atau perempuan – akan cukup siap untuk menghadapi, namun pilihan antara membawa bayi untuk istilah atau melakukan aborsi adalah salah satu yang tak terbayangkan sulit yang dapat menghancurkan Anda anak, apapun pilihan mereka akhirnya membuat.
Bahkan jika anak remaja Anda tidak berakhir hamil atau terinfeksi penyakit menular seksual, hubungan seksual berdampak proses halus remaja perkembangan emosional dan mental dengan cara yang belum sepenuhnya dipahami. Aktivitas seksual sangat banyak pilihan dewasa, pilihan bahwa remaja banyak yang hanya tidak siap untuk membuat.
Jika Anda menduga bahwa anak remaja Anda bisa secara seksual promiscuous atau dapat terlibat dalam perilaku seksual berisiko, penting bahwa Anda mengatasi masalah secepat mungkin. Ingat, tanpa memandang usia anak Anda, kecurigaan Anda yang ada karena suatu alasan, jadi jangan mengabaikannya. Diskusi dengan anak remaja Anda mungkin akan tidak nyaman, tapi jika berhenti mereka dari melanjutkan perilaku ini berbahaya, maka hasil positif sangat layak ketidaknyamanan Anda akan merasa selama pembicaraan. Ingat bahwa dalam banyak kasus, bantuan profesional adalah pilihan yang layak yang bisa memecahkan banyak masalah yang Anda sendiri tidak memenuhi syarat untuk alamat.

INDRI LESTARI (IX-H/12)



A. Pengertian dan Karakteristik Belajar

Banyak para ahli berpendapat tentang belajar. Dari sumber : http://id.shvoong.com/how-to/careers/2227734-pengertian-ciri-ciri-dan karakteristik/ #ixzz268hLOF1s memaparkan tentang pengertian belajar adalah:
 

1. Morgan berpendapat, belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman (Purwanto, 2000: 84).

2. Chalidjah Hasan (1994:84) mendefinisikan belajar sebagai “suatu aktifitas mental/praktis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan, keterampilan, dan nilai sikap.

3. Menurut Muhibbin Syah (2007:63), belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenjang pendidikan. Hal ini berarti keberhasilan dan kegagalan dalam mencapai tujuan pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami soleh siswa. Belajar bukan hanya kegiatan mempelajari suatu mata pelajaran di sekolah secara formal, akan tetapi kecakapan, kebiasaan dan sikap manusia juga terbentuk karena belajar.

4. Para ahli modern merumuskan belajar sebagai bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan (Oemar Hamalik, 1983:21).

Selain dari pendapat di atas, sumber lain yang membahas tentang pengertian belajar http://joegolan.wordpress.com/2009/04/13/pengertian-belajar/ menguraikan bahwa :

1. Menurut james O. Whittaker (Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

2. Winkel, belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap.

3. Cronchbach (Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999)Belajar adalah suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

4. Howard L. Kingskey (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.

5. Drs. Slameto (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.

6. (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999)
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.

7. R. Gagne (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) hal 22. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku

8. Herbart (swiss) Belajar adalah suatu proses pengisian jiwa dengan pengetahuan dan pengalaman yang sebanyak-banyaknya dengan melalui hafalan.

9. Robert M. Gagne dalam buku: the conditioning of learning mengemukakan bahwa: Learning is change in human disposition or capacity, wich persists over a period time, and which is not simply ascribable to process a groeth. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan karena proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalm diri dan keduanya saling berinteraksi.

10. Lester D. Crow and Alice Crow (WWW. Google.com) Belajar adalah acuquisition of habits, knowledge and attitudes. Belajar adalah upaya-upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap.

11. Ngalim Purwanto (1992) (WWW. Google.com) Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagi hasil dari suatu latihan atau pengalaman.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang bersifat kognitif, psikomotor maupun afektif yang terjadi melalui latihan atau pengalaman dan disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan serta dipengaruhi faktor lingkungan yang mengarah pada tingkah laku baik atau tingkah laku buruk
Jadi secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang terbentuk dari hasil interaksi seseorang dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan itu akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku.

B. Pengertian Kesulitan Belajar
Dalam proses belajar, akan ditemui berbagai hal kemungkinan-kemungkinan yang positif dan negatif, karena belajar merupakan interaksi dari perkembangan diri individu dengan faktor lingkungan. Oleh sebab itu akan timbul suatu permasalahan yang harus dihadapi agar proses belajar tersebut menghasilkan tingkah laku yang baik.
Permasalahan yang ditemui dalam belajar adalah kesulitan belajar. Dimana individu merasa sulit untuk menjalani proses perubahan menuju ke arah positif. Suryaman B (2012) mengatakan bahwa:
Anak yang mengalami kesulitan belajar adalah anak yang memiliki ganguan satu atau lebih dari proses dasar yang mencakup pemahaman penggunaan bahasa lisan atau tulisan, gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kemampuan yang tidak sempurna dalam mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau menghitung. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya.
Menurut Sugihartono (2011), Kesulitan belajar dapat di lihat dari:

1. Gejala yang tampak pada peserta didik yang ditandai dengan prestasi belajar yang rendah atau dibawah kriteria yang telah ditetapkan atau kriteria minimal. Prestasi belajarnya lebih rendah dibandingkan prestasi teman-temannya, atau lebih rendah dibandingkan prestasi belajar sebelumnya.

2. Menunjukkan adanya jarak antara prestasi belajar yang diharapkan dengan presiasi yang dicapai

3. Prestasi belajar yang dicapai tidak sesuai dengan kapasitas inteligensinya. Kesulitan belajar peserta didik tidak selalu disebabkan oleh inteligensinya yang rendah
 

Kesulitan belajar merupakan suatu permasalahan yang umum ditemui oleh individu, terutama siswa di sekolah. Oleh sebab itu, perlu adanya pemahaman dalam mendiagnosa kesulitan belajar yang ada pada siswa di sekolah dalam rangka untuk membantu siswa mengatasi permasalahannya dalam kesulitan belajar.
Oleh sebab itu perlu diketahui jenis-jenis kesulitan belajar siswa di sekolah, Suryaman B. (2012) menjelaskan bahwa kesulitan belajar siswa diantaranya yaitu:

1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.

2. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.

3. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.

4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.

5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.

C. Kedudukan Diagnosis Kesulitan Belajar dalam Hakekat Bimbingan dan Konseling

Diagnosis kesulitan belajar dalam bimbingan dan konseling merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab konselor terhadap semua siswa di sekolah. Untuk membuktikan bahwa bimbingan dan konseling turut berperan serta dalam diagnosis kesulitan belajar, salah satu bidang bimbingan dalam layanan BK adalah bidang bimbingan belajar.

Bimbingan belajar merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang penting diselenggarakan di sekolah. Pengalaman menunjukkan bahwa kegagalan-kegagalan yang dialami siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan oleh kebodohan atau rendahnya inteligensi. Sering kegagalan itu terjadi disebabkan mereka tidak mendapat layanan bimbingan yang memadai.

Prayitno dan Erman (2004) mengatakan bahwa: “layanan bimbingan belajar dilaksanakan melalui tahap-tahap : (1) pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar, (2) pengungkapan sebab-sebab timbulnya masalah belajar, dan (3) pemberian bantuan pengentasan masalah belajar.”

Pengenalan Siswa yang Mengalami Masalah Belajar Di sekolah, di samping banyaknya siswa yang berhasil secara gemilang dalam belajar, sering pula dijumpai adanya siswa yang gagal, seperti angka-angka rapor rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir, dan sebagainya. Secara umum, siswa-siswa yang seperti itu dapat dipandang sebagai siswa-siswa yang mengalami masalah belajar.

Pengungkapan sebab-sebab timbulnya masalah belajar dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam alat atau instrumen yang bisa mengungkap masalah tersebut, yaitu dengan:

1. Tes Hasil Belajar

2. Tes Kemampuan Dasar

3. Skala Sikap dan Kebiasaan Belajar

4. Test Diagnostik

5. Analisis Hasil Belajar atau Karya

Upaya membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar adalah dengan memberikan layanan Bimbingan dan konseling, yaitu dengan konseling individu, konseling kelompok atau dengan Bimbingan kelompok.

Siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar perlu mendapatkan bantuan agar masalahnya tidak berlarut-larut yang nantinya dapat mempengaruhi proses perkembangan siswa. Oleh sebab itu, upaya yang dilakukan konselor dalam layanan bimbingan konseling adalah dengan pengajaran perbaikan, kegiatan pengayaan, peningkatan motivasi belajar dan pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif. Upaya ini diberikan sesuai dengan latar belakang kesulitan belajar siswa.
 

D. Pengajaran Remedial Sebagai Layanan Bimbingan dan Konseling

Pengajaran remedial adalah pengajaran ulang yang dilakukan guru kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar. pembelajaran remedial adalah pembelajaran yang bersifat menyembuhkan sehingga menjadi baik atau sembuh dari masalah pembelajaran yang dirasa sulit. Natawija (1983) berpendapat bahwa: “ Dilihat dari arti katanya remedial berarti bersifat menyembuhkan/ membetulkan atau membuat menjadi baik.”

Pada pembelajaran remedial kegiatan perbaikan bertujuan memberikan bantuan baik yang berupa perlakuan pengajaran maupun yang berupa bimbingan dalam mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi siswa yang mungkin disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Secara operasional kegiatan perbaikan yang dilaksanakan guru terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar bertujuan untuk memberikan bantuan yang berupa perlakuan pengajaran kepada siswa yang lamban, sulit, gagal belajar, agar mereka secara tuntas dapat menguasai bahan pelajaran yang diberikan.

Fungsi pembelajaran remedial dalam proses belajar mengajar di sekolah adalah sebagai penunjang terlaksananya kegiatan belajar siswa ke arah yang lebih baik. Untuk itu sangat perlu siswa diberikan bantuan serta bimbingan dalam mengatasi kesulitan belajarnya. Dengan jalan ini kita menggunakan suatu bentuk pengajaran mengatasi kekeliruan-kekeliruan yang menjadi penyebab kesulitan belajar sehingga ia dapat memahami kembali konsep-konsep pelajaran yang pernah didapatkannya.

Dalam layanan bimbingan dan konseling, konselor berupaya untuk memberikan bantuan menemukan semangat baru dalam belajar. Dengan motifasi yang didapat, siswa yang mengalami kesulitan belajar akan merasa mudah dalam menjalani pembelajaran remedial yang diberikan guru.

Pengajaran remedial yang diberikan kepada siswa sifatnya lebih khusus lagi, oleh sebab itu tidak mudah bagi guru untuk melakukannya, karena dalam pelaksanaan pengajaran remedial, guru dan konselor harus memperhatikan latar belakang masalah kesulitan belajar siswa. Prayitno dan Erman (2004) mengatakan bahwa “ Kalau di dalam kelas biasanya unsur emosional dapat dikurangi sedemikian rupa, maka siswa yang sedang menghadapi masalah belajar justru sebaliknya. Ia (mereka) mungkin dihinggapi oleh berbagai perasaan – takut, cemas, tidak tentram, bingung, bimbang dan sebagainya. Dalam hal ini adalah amat penting bagi guru dan konselor memahami perasaan-perasaan siswa yang seperti ini.”


Proses pengajaran remedial dapat terlaksana dengan optimal, jika dilakukan melalui kerjasama antara konselor dan guru. Melalui pelaksanaan layanan bimbingan belajar, konselor menemukan latar belakang masalah kesulitan belajar siswa, dari latar belakang ini, guru mencari metode yang tepat untuk siswa agar dapat melaksanakan pengajaran dan siswa akan menjadi lebih mudah memahami pelajaran tersebut.
 

NUR CHOLISTIN R (IX-21/H)


Pertumbuhan emosional dan bimbIngan orang tua untuk remaja
Ketika anak-anak tumbuh menjadi remaja mereka menghadapi tekanan tambahan yang mereka telah terisolasi dari tahun-tahun sebelumnya mereka. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat dari kegiatan sosial tambahan, tanggung jawab sekolah tambahan atau bahkan sebagai hasil dari mereka yang ingin mengambil keputusan sendiri tanpa bantuan orang tua atau wali. Hal ini dapat menyebabkan mereka cukup penderitaan yang pada saat yang sama juga dapat membantu pertumbuhan emosional mereka. Mereka perlu belajar untuk mengatasi stres dan situasi yang tidak biasa ketika menghadapi kecemasan dan ketidakberdayaan kemungkinan.
Orang tua dari remaja dalam situasi seperti kadang-kadang cukup sulit ditekan menjadi ingin melakukan sesuatu untuk meringankan masalah remaja itu. Setiap gangguan dalam proses alami pembangunan penuh dengan bahaya. Orang tua hanya bisa memberikan nasihat bila diminta dan akan melakukan dengan baik untuk menjauhkan diri dari campur kecuali situasi mengancam yang melihat. Mereka harus terus berusaha untuk mendorong harga diri remaja dalam rangka untuk memungkinkan mereka untuk memiliki kepercayaan diri untuk berurusan dengan situasi yang tidak biasa mereka menemukan diri mereka masuk Dalam situasi seperti itu, tekanan teman sebaya dan interaksi dengan orang-orang usia mereka sendiri lebih dari kemungkinan untuk bisa membantu. Hal ini sangat membantu jika rekan-rekan mereka telah menghadapi situasi yang sama dan memiliki pelajaran dari itu. Berbagi pengalaman ini adalah cara yang bagus untuk ikatan dan persahabatan yang menghasilkan bentuk ini mungkin akan tahan lama dan berguna untuk remaja.
Orangtua perlu menjadi cerdas secara emosional memiliki pengaruh pada remaja yang akan memungkinkan mereka untuk menjadi sadar sosial sambil tetap stabil dan fleksibel dalam emosi mereka.
Ketika orangtua berinteraksi dengan anak, terutama remaja, tingkat stres tertentu yang dibawa masuk orang tua perlu menjaga stres ini terkendali karena hal ini dapat dengan mudah dirasakan oleh remaja. Stres ini dapat menyebabkan anak menemukan interaksi terus-menerus menjengkelkan dan dapat menyebabkan anak untuk menghindari situasi. Menerima kenyataan bahwa sebagai orangtua Anda juga manusia dan memiliki kebutuhan Anda sendiri waktu dan ruang. Biarkan remaja tahu ini cukup tegas dan hampir yakin bahwa remaja akan menerima kenyataan dan hidup dengan itu. Jadilah konsisten dalam semua transaksi Anda dengan masalah mereka dan bahkan jika mereka menemukan keputusan Anda menjengkelkan, mereka masih akan menghormati untuk keteguhan yang Anda tunjukkan.
Janganlah salah perasaan bersalah datang ke berurusan dengan anak remaja Anda. Anak-anak selalu cepat untuk menemukan perasaan seperti itu dan lebih dari kemungkinan untuk mengambil keuntungan dari itu. Jika Anda merasa bersalah dengan cara apapun, lebih baik untuk memperbaiki situasi yang menyebabkan rasa bersalah ini. Tampilkan remaja Anda rasa hormat yang masih muda dan mengembangkan kepribadian telah datang ke harapkan. Mendengarkan masalah mereka dan saran yang mereka miliki dan tidak pernah berbaring hukum. Jelaskan situasi Anda dengan cara yang dewasa. Remaja akan merespon saat Anda menempatkan tanggung jawab dari pemahaman pada mereka.

RANI YOGANTI R (IX-H/22)


Bimbingan Konseling Pada Remaja
dan
Prestasi Akademik

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat mengembangkan potensi-potensinya agar mencapai pribadi yang bermutu. Indikator keberhasilan sekolah dalam mengemban tugasnya dapat dilihat dari pencapaian prestasi akademik yang tinggi dan berbagai keterampilan khusus yang dimiliki oleh peserta didik dan tidak sedikit di antaranya menyangkut masalah-masalah yang berhubungan dengan akademik. Sedangkan siswa dituntut untuk terus meningkatkan prestasi akademiknya, di tengah kesibukan dan kepadatan tugastugas sekolah baik tugas-tugas akademik maupun kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti siswa, sehingga siswa perlu mengikuti layanan bimbingan dan konseling di sekolah untuk meningkatkan prestasi akademik. Dengan kondisi seperti itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui secara mendalam apakah bimbingan dan konseling itu sendiri dapat berperan dalam meningkatkan prestasi akademik siswa di sekolah. Dari pemaparan di atas, maka timbul pertanyaan mengenai bagaimana gambaran bimbingan konseling yang diterima subjek di sekolah, faktor-faktor apa yang menyebabkan bimbingan konseling yang diterima subjek di sekolah dapat meningkatkan prestasi akademik subjek , dan bagaimana proses bimbingan konseling untuk meningkatkan prestasi akademik subjek. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai bagaimana gambaran bimbingan konseling yang diterima subjek di sekolah, faktor-faktor apa yang menyebabkan bimbingan konseling yang diterima subjek di sekolah dapat meningkatkan prestasi akademik subjek, dan bagaimana proses bimbingan konseling untuk meningkatkan prestasi akademik subjek. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah seorang pelajar SMU, dan pernah atau sedang mengikuti bimbingan dan konseling secara personal (dengan inisiatif sendiri) di sekolah. Dalam penelitian ini subjek penelitian terdiri dari satu orang. Teknik peengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode wawancara dan observasi yang diterapkan pada subjek dan significant others. Lengkap dengan pedoman wawancara, pedoman observasi dan alat perekam. Dari hasil analisis yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa pelayanan bimbingan konseling di kelas subjek terjadwal dengan rutin setiap minggunya selama satu jam. Guru BK mendapat kewajiban memanggil siswa untuk mengetahui permasalahan siswa dibidang akademik, sedangkan siswa mengikuti bimbingan konseling secara personal pada kelas 2 semester 2, dikarenakan pada kelas 2 semester 1 subjek mengalami penurunan prestasi akademik. Oleh karena itu guru BK menyuruh subjek datang teratur ke ruang bimbingan konseling agar guru BK subjek dapat memantau sejauhmana perkembangan akademik subjek. Guru BK subjek juga memotivasi subjek dalam belajar sehingga subjek selalu rajin belajar dan tekun dalam mengerjakan PR. Ketika subjek mengalami kesulitan dalam bidang akademik, subjek berkonsultasi dengan guru BK subjek sehingga subjek tidak ketinggalan pelajaran dengan teman-teman subjek. Ketika subjek masih sering membolos dan mempunyai kebiasaan malas belajar, guru BK subjek membantu subjek dengan cara menasehati sehingga subjek memiliki kebiasaan belajar positif dan tidak membolos lagi. Guru BK juga membantu subjek dengan memberikan masukan pada subjek dalam memilih universitas dan jurusan yang sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan subjek sehingga subjek tidak salah langkah dalam menentukan masa depan subjek. Dengan layanan bimbingan dan konseling yang diberikan, dapat mempengaruhi prestasi akademik subjek di sekolah yang dapat dilihat dari beberapa nilai mata pelajaran di rapor subjek yang naik.

Senin, 11 Februari 2013

IMAH

Cara Download Dokumen Google Docs ke Format Office yang Lama

Diposting oleh idgeeks pada 15 October 2012
Apakah ada di antara teman-teman Geeks masih bekerja atau dilingkungan kerjanya masih menggunakan versi Office 1997 – 2003? Dan jika kita sering menghabiskan banyak waktu untuk menulis, berbagi, atau berkolaborasi mengerjakan sebuah dokumen melalui Google Docs, kita mungkin menyadari bahwa Google telah menghentikan dukungan untuk format Office yang lama.
gdocs
Menyikapi hal ini, kita bisa mendorong tempat kerja kita atau aplikasi Office yang kita pakai untuk upgrade ke versi yang terbaru, tapi itu mungkin bukan pilihan yang paling realistis atau cepat. Untungnya, ada beberapa pilihan untuk menangani perubahan format ini. Adapun pilihan format tersebut antara lain,

Pilihan 1
Google Docs Download Office
Simpan dokumen kita dalam format apapun dengan menggunakan converter online. Berikut adalah beberapa situs Web yang akan memungkinkan kita mengkonversi dokumen secara gratis: http://www.online-convert.com/, http://www.zamzar.com/, atau http://www.mediaconverter.org/ . Namun, jika kita memiliki dokumen dengan informasi yang lebih sensitif, ini mungkin bukan pilihan terbaik bagi kita atau perusahaan kita.

Pilihan 2
Google Docs Office
Intall aplikasi Office Compatibility Pack pada komputer. Menggunakan perangkat lunak dari Microsoft ini akan memungkinkan kita untuk membuka dan mengedit file dalam format baru melalui versi perangkat lunak yang lama.

Pilihan 3
Download Google Docs
Ubah langsung dari Google Docs versi Web ke versi Office lebih lama. Caranya, E-mail dokumen dari akun Google Docs ke email kita sendiri sebagai lampiran e-mail, dan pilih format yang kita inginkan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengklik opsi File pada menu dan kemudian pilih Email as attachment. Kita akan dapat memilih format yang diinginkan dari menu drop-down tersebut.
Itu tadi sedikit informasi tentang cara download dokumen Google Docs ke format Office yang Lama. Semoga bermanfaat.
[Via Digital InspirationTechnix Update]