Minggu, 24 Februari 2013

LUTFINAYAH (IX-H/14)


PERAN BIMBINGAN KONSELING DALAM MENGHADAPI PERKELAHIAN DAN TAWURAN ANTAR PELAJAR
Pengertian remaja (menurut Mappiare: 1982 dalam Ali Mohammad dan Mohammad Asrori) dalam bahasa aslinya disebut adolescence mencangkup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik yang mengatakan bahwa secara psikologis remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi kedalam masyarakat dewasa suatu usia, dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.

Pengertian Perkelahian antar Pelajar

Menurut Sofyan S, Willis (2005) perkelahian adalah merupakan suatu perbuatan yang mengganggu keamanan dan ketertiban umum, dimana perkelahian menunujukkan tindakan dari kedua belah pihak secara bersamaan. Sebagaimana kita ketahui bahwa perkelahian antar pelajar melibatkan beberapa orang pelajar yang turut serta baik dalam perkelahian maupun dalam penyerangan. Jadi, perkelahian antar pelajar adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh beberapa orang pelajar yang dilakukan secara beramai-ramai (massal), baik perbuatan tersebut dilakukan secara memukul, menendang, menusuk dengan pisau tumpul dan benda tajam yang mana semua itu dapat mengakibatkan rasa derita pada orang lain yang menjadi korban.

Penyebab Terjadinya Perkelahian antar Pelajar

Menurut Kartono (1986) ada beberapa landasan teori tentang penyebab perkelahian antar pelajar, yaitu:
a.      Teori Biologis
Menekankan faktor nature sebagai penentu perkembangan manusia: kematangan, dasar-dasar biologis perilaku dan proses mental.
b.      Teori Psikologis
Teori ini menekankan sabab-sebab tingkah laku anak-anak dari aspek psikologis dan isi kejiwaannya antara lain faktor intelegensi, ciri kepribadian, motivasi, sikap-sikap yang salah, fantasi, resonalisasi yang keliru, konflik batin,emosi yang kontroversi, kecenderungan psikologis, dll.
c.       Teori Sosiogenesis
Tingkah laku pada anak-anak remaja ini adalah murni sosiologis atau sosial-psikologis misalnya disebabkan oleh pengaruh stuktur sosial yang deviatif, tekanan kolompok, peran sosial, status sosial atau iinternalisasi simbolis yang keliru maka faktor-faktor kultural dalam sosial itu sangat mempengaruhi, status individu ditengah kelompoknya, partisipasi sosial dan pendefinisian diri atau konsep diri.
d.      Teori Subkultur
Mengkait sistem nilai, kepercayaan/keyakinan, ambisi-ambisi tertentu (misalnya ambisi materiil, hidup bersantai, pola kriminal, relasi heteroseksual bebas, dll) yang memotivasi timbulnys kolompok-kelompok remaja berandal dan kriminal. Sedang perangsangnya bisa berupa mendapatkan status sosial “terhormat” ditengah kelompoknya, prestise sosial, relasi sosial, dan hadiah-hadiah materiil lainnya.

Menurut DR. Sofyan S. Wilis, M.Pd dalam bukunya Remaja Dan Masalahnya (2005)ada beberapa faktor penyebab perkelahian antar pelajar, yaitu:

1.      Faktor yang ada di dalam diri pelajar sendiri

a.      Lemahnya Pertahanan Diri
Adalah faktor yang ada dalam diri untuk mengontrol dan mempertahankan diri terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungan. Jika ada pengaruh negatif berupa tontonan negatif, bujukan negatif seperti pecandu dan pengedar narkoba, ajakan-ajakan untuk melakukan perbuatan-perbuatan negatif, sering tidak bisa menghindar dan mudah terpengaruh. Akibatnya pelajar itu terlibat ke dalam kegiatan-kegiatan negatif yang membahayakan dirinya dan masyarakat.


b.      Kurangnya Kemampuan Dalam Menyesuaikan Diri
Keadaan ini amat terasa di dunia pelajar. Banyak ditemukan pelajar yang kurang pergaulan. Inti persoalannya adalah ketidak mampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial,dengan mempunyai daya pilih teman bergaul yang membantu pembentukan perilaku positif. Anak-anak yang terbiasa dengan pendidikan kaku dan dengan disiplin ketat di keluarga menyebabkan masa remajanya juga kaku dalam bergaul, dan tidak pandai memilih teman yang bisa membuat dia berkelakuan baik. Yang terjadi adalah sebaliknya yaitu, para pelajar salah bergaul. Hal ini bisa terjadi karena teman-temannya menghargainya. Karena mendapat penghargaan di kelompok geng nakal, pelajar itupun akan ikut nakal.

c.       Kurangnya Dasar-dasar Keimanan di Dalam Diri Pelajar
Masalah agama merupakan suatu yang sangat krusial bagi seorang pelajar. Karena agama merupakan benteng diri pelajar dalam menghadapi berbagai cobaan yang datang padanya sekarang dan masa yang akan datang. Sekolah dan orang tua harus bekerja sama bagaimana memberikan  pendidikan agama secara baik, mantap, dan sesuai dengan kondiri pelajar saat ini.

2.      Faktor Keluarga
Keluarga merupakan sumber utama atau lingkungan yang utama penyebab kenakalan remaja salah satunya yaitu perkelahian antar pelajar ini. Hal ini disebabkan karena anak itu hidup dan berkembang permulaan sekali dari pergaulan keluarga yaitu hubungan antara orang tua dengan anak, ayah dengan ibu dan hubungan anak dengan anggota keluarga lai yang tinggal bersama-sama. Keadaan keluarga yang besar jumlah anggotanya berbeda dengan keluarga kecil. Bagi keluarga besar pengawasan agak sukar dilaksanakan dengan baik, demikian juga menanamkan disiplin terhadap masing-masing anak. Berlainan dengan keluarga kecil, pengawasan dan disiplin dapat dengan mudah dilaksanakan. Disamping itu perhatian orang tua terhadap masing-masing anak lebih mudah diberikan, baik mengenai akhlak, pendidikan di sekolah, pergaulan dan sebagainya. Kalau kita berbicara keadaan ekonomi, tentu bagi keluarga besar dengan penghasilan yang sedikit akan repot, karena membiayai kehidupan yang pokok-pokok saja agak sulit apalagi untuk biaya sekolah dan berbagai kebutuhan lain. Karena itu sering terjadi pertengkaran diantara istri dan suami karena masalah ekonomi keluarga, yang menyebabkan kehidupan keluarga menjadi tidak harmonis lagi dan pada gilirannya mempengaruhi tingkah laku anak kearah negatif.
3.      Faktor Lingkungan Yang Tidak Kondusif
Pengaruh sosial dan kultur memegang peranan yang besar dalam menentukan perkembangan seorang anak dalam bertingkah laku. Kenakalan pada remaja dimana dalam hal ini mereka sangat terpengaruh oleh keadaan sosial yang buruk sehingga si anak menjadi nakal. Pengaruh lingkungan pergaulan yan buruk ditambah kontrol sosial dan kontrol diri yang semakin lemah maka dapat mempercepat pertumbuhan kelompok-kelompok anak nakal yang suka melakukan kegiatan-kegiatan yang bertentangan  dengan hukum sepert beramai-ramai atau secara massal.
Milieau atau lingkungan sekitar tidak selalu baik, dan menguntungkan bagi pendidikan dan perkembangan anak, lingkungan  yang ada kalanya dihuni oleh orang dewasa serta anak-anak muda kriminil dan anti sosial yang bisa merangsang timbulnya reaksi emosional buruk bagi anak-anak remaja atau pelajar yang masih labil jiwanya. Dengan begitu anak-anak remaja ini mudah terjangkit oleh pola tingkah laku kriminal, asusila dan anti sosial.
Kelompok orang dewasa yang kriminil dan a susila tersebut itu sangat berpengaruh terhadap anak remaja khususnya pelajar yang berada di lingkungan tersebut untuk berbuat dan bertingkah laku seperti meniru apa yang dilakukan oleh orang-orang dewasa yang anti soial dan kriminal, seperti sering membuat keributan dan senang berkelahi.

4.       Faktor Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan tempat pendidikan kedua setelah rumah tangga. Karena itu ia cukup berperan dalam membina anak untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. Khusus mengenai tugar kurikuler, maka sekolah berusaha memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didiknya sebagai bekal untuk kelak jika anak telah dewasa dan terjun ke masyarakat. Akan tetapi tugas kurikuler saja tidaklah cukup untuk membina anak menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. Karena itu sekolah bertanggung jawab pula dalam kepribadian anak didik. Dalam hal ini peranan guru sangat diperlukan sekali. Jika kepribadian guru buruk, dapat dipastikan akan menular kepada anak didik.
Hal ini dikatakan oleh ahli psiko higenis yaitu (Bernard  1961;113 dalam Sofyan S. Wilis) sebagai berikut : ” Teacher personality is contagious, if he is tense, irritable, dominating or careless, the pupil will show the evidence of tension, crossness, and lack of social grace and will produce slovenly work “.
Artinya: perilaku guru yang buruk seperti tegang, marah, mudah tersinggung, menguasai murid, maka para murid akan tertular oleh sifat dan perilaku guru tersebut.
Dalam rangka pembinaan anak didik kearah kedewasaan itu, kadang-kadang seklah juga penyebab dari timbulnya kenalan remaja . Hal ini mungkin bersumber dari guru, fasilitas pendidikan, norma-norma tingkah laku, kekompakan guru dan suasana interaksi antara guru dan murid perlu menjadin perhatian serius. Ada bebapa faktor yang berhubungan dengan lingkungan sekolah yang tidak menyenangkan seorang anak pelajar.
a.      Faktor Guru
Dedikasi guru merupakan pokok terpenting dalam tugas mengajar. Guru yang penuh dedikasi berarti guru yang ikhlas dalam mengerjakan tugasnya. Bila terjadi kesulitasn di dalam tugasnya, ia tidak mudah mengeluh dan mengalah. Melainkan dengan penuh keyakinan diatasinya semua kesulitan tersebut. Berlainan dengan guru yang tanpa dedikasi. Ia bertugas karena terpaksa, sebab tidak ada lagi pekerjaan lain yang mampu dikerjakannya. Akibatnya ia mengajar adalah karena terpaksa dengan motif mencari uang. Guru yang seperti ini mengajarnya asal saja, sering bolos, tidak berminat meningkatkan pengetahuan keguruannya. Akibatnya murid-murid yang menjadi korban, kelas menjadi kacau, murid-murd berbuat seenaknya saja di dalam kelas dan hal seperti inilah yang merupakan sumber kenakalan, sebab guru tidak memberikan perhatian yang penuh kepada tugasnya.
b.      Guru Pembimbing/BK
Peran guru sebagai pembimbing merupakan dambaan dari setiap siswa. Kenakalan remaja bersumber pada hilangnya makna keberadaan diri siswa ditengah galau pembangunan di segala bidang. Rasa keterasingan, frustasi, konflik dan stress berkecamuk pada diri mereka, dan penyalurannya adalah kenakalan. Jika guru pembimbing/BK mampu melaksanakan harapan siswa yakni mengutamakan membimbing daripada mengajar, besar kemungkinan kenakalan dapat dikurangi. Sebagai pembimbing, guru harus memnuhi syarat kepribadian, dan sedikit ilmu tentag pribadi siswa, serta kemampuan berkomunikasi atau keterampilan konseling.
Mengenai kemampuan guru dibidang bimbingan dan konseling ( BK ) masih memprihatinkan. Kebanyakan mereka beranggapan bahwa BK itu adalah urusan guru yang dikhususkan dibidang tersebut, yaitu guru BK. Berhubung guru BK amat terbatas jumlahnya,maka jalan keluar adalah : semua guru harus berperan sebagai pembimbing.
Guru BK juga harus menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pembimbing yang profesional dalam menghadapai berbagai kemelut yang terjadi pada setiap pribadi siswa, tanggap dalam mencari solusi terhadap permasalahan siswa tersebut serta membuat suatu program kerja secara kontinyu dalam pembinaan siswa agar kondisi anak terpantau. Bukan hanya sekedar menjalankan tugas saja namun keberadaannya sama sekali tidak dirasakan oleh para pelajar tersebut.

c.       Fasilitas Pendidikan
Kurangnya fasilitas pendidikan menyababkan penyaluran bakat dan keinginan pelajar terhalang. Bakat dan keinginan yang tidak tersalur pada masa sekolah, mungkin akan mencari penyaluran kepada kegiatan-kegiatan yang negatif. Misalnya bermain di jalanan umum, di pasar, di mall dan sebagainya yang mungkin  akan berakibat buruk terhadap anak. Kekurangan fasilitas pendidikan yang lain seperti alat-alat pelajaran, alat-alat praktik, alat kesenian dan olagraga, juga dapat merupakan sumber gangguan pendidikan yang juga mengakibatkan terjadinya berbagai tingkah laku negatif pada anak didik.

Dampak Perkelahian antar Pelajar

Dampak positif
1.   Menimbulkan keberanian, karena tidak takut akan sesama pelajar.
2.   Penghargaan ”rasa terhormat” terhadap seorang pelajar pada suatu kelompok  pelajar yang berkelahi.
Dampak Negatif
1.      Bagi pelajar
1.   Akan dijauhi teman.
2.   Menimbulkan luka fisik.
3.   Tindak pidana jika mengakibatkan luka fisik maupun kematian pada seseorang.


2.      Bagi keluarga
1.   Rasa malu terhadap tetangga sekitar karena ulah salah satu anggota keluarga.
2.   Keluarga mendapat teguran dari dari pihak sekolah, masyarakat maupun kepolisian.
3.      Bagi Sekolah
1.   Kerugian materiil yang mungkin timbul seperti rusaknya gedung sekolah maupun peralatan lain akibat dari pelemparan benda dari pihak lain.
2.   Kerugian yang menyangkut nama baik sekolah dalam masyarakat maupun aparat keamanan, yakni timbulnya kesan sekolah urakan dan menjadi pengawasan dari pihak yang berwajib.
4.      Bagi Masyarakat
Akibat yang langsung dialami oleh masyarakat dari perkelahian antar pelajar itu adalah terganggunya ketertiban dan keamanan di lingkungan sekitarnya. Kemudian apabila frekuensi kenakalan remaja dan perkelahian antar pelajar demikian tinggi maka tidak mustahil kindisi dan situasi lingkungan masyarakat yang rawan yang memungkinkan timbulnya bibit baru remaja yang nakal.
Peran Bimbingan dan Konseling terhadap perkelahian atau tawuran

Peranan sekolah juga sangat penting dalam penyelesaian masalah ini. Untuk meminimalkan tawuran antar pelajar, sekolah harus menerapkan aturan tata tertib yang lebih ketat, agar siswa/i tidak seenaknya keluyuran pada jam – jam pelajaran di luar sekolah. Yang kedua peran BK ( Bimbingan Konseling harus diaktifkan dalam rangka pembinaan mental siswa, Membatu menemukan solusi bagi siswa yang mempunyai masalah sehingga persoalan-persoalan siswa yang tadinya dapat jadi pemicu sebuah tawuran.
Bimbingan Konseling harus diaktifkan dalam rangka pembinaan mental siswa, Membatu menemukan solusi bagi siswa yang mempunyai masalah sehingga persoalan-persoalan siswa yang tadinya dapat jadi pemicu sebuah tawuran dapat dicegah. Yang ketiga mengkondisikan suasana sekolah yang ramah dan penuh kasih sayang . Peran guru disekolah semestinya tidak hanya mengajar tetapi menggatikan peran orang tua mereka. Yakni mendidik.Yang keempat penyediaan fasilitas untuk menyalurkan energi siswa. Contohnya remaja semakin menjadi semenjak terciptanya geng-geng. Perilaku anarkis selalu dipertontonkan di tengah-tengah masyarakat. Mereka itu sudah tidak merasa bahwa perbuatan itu sangat tidak terpuji dan bisa mengganggu ketenangan masyarakat.Sebaliknya mereka merasa bangga jika masyarakat itu takut dengan geng/kelompoknya. Seorang pelajar seharusnya tidak melakukan tindakan yang tidak terpuji seperti itu. Biasanya permusuhan antar sekolah dimulai dari masalah yang sangat sepele. Namun remaja yang melakukan perkelahian  peran BK ( Bimbingan Konseling harus diaktifkan dalam rangka pembinaan mental siswa, Membatu menemukan solusi bagi siswa yang mempunyai masalah sehingga persoalan-persoalan siswa yang tadinya dapat jadi pemicu sebuah tawuran dapat dicegah. Yang ketiga mengkondisikan suasana sekolah yang ramah dan penuh kasih sayang . Peran guru disekolah semestinya tidak hanya mengajar tetapi menggatikan peran orang tua merea, yakni mendidik, yang keempat penyediaan fasilitas untuk menyalurkan energi siswa.


Bagaiamana Cara Mengatasinya
 1.      Di Lingkungan Keluarga

·         Orang tua menciptakan kehidupan rumah tangga yang beragama.
Artinya membuat suasana rumah tangga atau keluarga menjadi kehidupan yang bertaqwa dan taat kepada Tuhan Yang Maha Esa.
·         Menciptakan kehidupan keluarga yang harmonis.
Dimana hubungan antara Ayah, Ibu dan anak tidak terdapat percekcokan atau pertentangan. Hal ini dapat dilakukan  dengan memberikan waktu terluang  untuk berkumpul bersama anak-anak misalnya diwaktu makan bersama. Di waktu makan bersama itu sering keluar ucapan-ucapan dan keluhan-keluhan anak secara spontan. Spontanitas itu amat penting bagi orang tua sebagai bahan pertimbangan untuk memahami diri anak-anaknya.
·         Adanya kesamaan norma-norma yang dipegang antara ayah, ibu dan keluarga lainnya di rumah tangga dalam mendidik anak-anak.
·         Memberikan kasih sayang secara wajar kepada anak-anak.
·         Memberikan perhatian yang memadai terhadap kebutuhan anak-anak.
·         Memberikan pengawasan secara wajar terhadap pergaulan anak remaja di lingkungan masyarakat
2.      Di Lingkungan Sekolah

1.   Memberikan pengawasan secara wajar terhadap pergaulan anak remaja di lingkungan masyarakat.
2.   mengintensifikasikan pelajaran agama bagi pelajar.
3.   Mengintensifikasikan bagian Bimbingan Konseling (BK) di sekolah dengan cara mengadakan Tenaga ahli atau menatar guru-guru untuk mengelola bagian ini.
4.   Adanya kesamaan norma-norma yang dipegang oleh guru-guru, hal ini akan menimbulkan kekompakan  dalam membimbing murid-murid. Adanya kekompakan itu akan menimbulkan kewibawaan guru di mata murid-murid, dan sekaligus memperkecil timbulnya kenakalan.
5.   Melengkapi fasilitas sekolah, yaitu seperti gedung, laboratorium, mesjid, alat-alat pelajaran, alat-alat olah raga dan kesenian, alat-alat ketrampilan, dan sebagainya. Dengan lengkapnya fasilitas tersebut akan dapat digunakan untuk mengisi waktu terluang misalnya selama libur sekolah. Di samping itu dapat pula menembangkan bakat murid-murid dalam rangka menuju hidup berwiraswasta danberdikari nantinya setelah mereka terjun ke masyarakat.

3.      Di Lingkungan Masyarakat

Kegiatan-kegiatan atau organisasi masyarakat yang positif yang membantu kearah tercapainya tujuan pendidikan, contohnya Palang Merah Remaja (PMR), organisasi Karang Taruna, organosasi olahraga, dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar